Niantic telah melakukan banyak update pada game Pokemon
Go generasi kedua yang telah dirilis pada tanggal 17 Februari 2017 lalu. Pembaharuan
utama terlihat pada penambahan jumlah monster baru, penambahan waktu siang dan
malam, serta penambahan jenis buah berry
yang digunakan untuk membantu menangkap pokemon. Kostum avatar untuk trainer (istilah untuk pemain Pokemon Go)
juga tidak luput dari pembaharuan tersebut. Masalah sever down, force close dan nge-lag pun tak lagi dijumpai setelah
update ini.
http://update.ahloo.com/2017/02/22/pokemon-go-generasi-2/ |
Jika kita menoleh ke belakang, tentunya para trainer masih ingat betapa
menyebalkannya bermain game ini saat
pertama kali rilis. Masalah sever down,
force close dan nge-lag seolah menjadi hal yang tidak asing. Walaupun
demikian, pamor permainan ini tetap melejit. Hal ini dikarenakan Pokemon Go
merupakan permainan unik yang mengkolaborasikan keadaan di dunia vitrual dengan
dunia nyata. Beberapa waktu yang lalu, kita bahkan tidak asing melihat
masyarakat (sebagian besar remaja dan anak-anak) berkumpul untuk bermain
bersama di suatu tempat (taman, monumen, dan sebagainya) yang disebut pokestop atau berjalan kemana-mana dengan
pandangan yang tak lepas dari layar smartphone.
Akibatnya, permainan ini sempat dilarang oleh beberapa pihak karena dinilai
cukup berbahaya bagi keselamatan para trainer
dan orang-orang di sekitarnya.
Berbeda dengan saat ini, ketika permainan Pokemon Go telah
jauh lebih baik dari sebelumnya, peminatnya justru menjadi sepi! Mengapa?
Berikut ini penulis akan memberikan beberapa alasan yang menyebabkan Pokemon Go
kehilangan banyak pemain seniornya.
1. Update yang terlalu lama
Niantic
memang terus-menerus melakukan pembaharuan terhadap Pokemon Go. Pada awalnya,
pembaharuan hanya terfokus pada perbaikan sever,
pembersihan bug serta ‘pemusnahan’ akun-akun
fake yang menggunakan jasa dari ‘pihak
ketiga’ untuk menaikkan level atau meningkatkan kekuatan monster yang dimiliki.
Karena terlalu sibuk pada hal-hal tersebut, niantic menjadi sedikit terlambat
untuk menambahkan fitur-fitur serta event-event
menarik untuk para trainer.
2. Variasi permainan yang monoton
Masih
berhubungan dengan alasan sebelumnya. Kurangnya update yang signifikan terhadap Pokemon Go membuat permainan ini menjadi
monoton, membosankan dan ninim
tantangan. Dimana, pertarungan tunggal antar trainer, sistem ‘pinjam pokemon’ milik teman dan chat antar trainer belum memungkinkan untuk dilakukan hingga pada update generasi kedua ini.
3. Semakin banyak poin yang harus
dikumpulkan untuk naik level
Yupz! Bener banget. Semakin tinggi level, semakin banyak poin yang harus
dikumpulkan dan semakin lama pula waktu yang diperlukan menaikan level
permainan. Akibatnya, para trainer menjadi lelah.
4. Pandangan negatif masyarakat terhadap
para trainer
Tidak
jarang masyarakat awam memberikan komentar negatif terhadap para trainer. Hal ini dikarenakan image Pokemon Go yang telah tercemar di
mata masyarakat akibat beberapa prilaku ‘konyol’ dari para trainer di awal masa kejayaannya.
5. Para trainer sudah memiliki kesibukan
lain
Memiliki
kesibukan lain seringkali menyebabkan para trainer
meninggalkan Pokemon Go, seperti kesibukan pada pekerjaan baru serta
belajar untuk ujian kenaikan kelas, ujian kelulusan sekolah atau ujian masuk
perguruan tinggi.
6. Banyaknya pemain baru
Jika
sebelumnya penikmat permainan ini didominasi oleh remaja yang beranjak dewasa,
maka kini didominasi oleh anak-anak yang beranjak remaja. Hal ini dikarenakan
para pemain senior telah memiki kesibukannya masing-masing.
7. Kekecewaan trainer terhadap cheate
Tidak
sedikit dari para trainer yang
menggunakan ‘jalan pintas’ untuk menjadi penghuni level atas. Ini dapat
dilakukan dengan cara membeli akun dari trainer
lain, menggunakan fake gps, pokemaps, sniper atau bantuan pihak
ketiga lainya. Akibatnya, terjadi kecemburuan dan kekecewaan dari para trainer yang bermain secara fair.
8. Banyak akun yang telah di banned
Niantic dan
Google memang cukup kejam terhadap akun-akun yang melakukan kecurangan dalam
permainan ini. Alhasil, ada banyak banget
akun Pokemon Go, bahkan akun Google milik para trainer yang di-banned.
Tentu saja hal ini mengakibatkan kekecewaan besar terhadap pemilik akun tersebut,
yang rata-rata telah berada di level atas pada saat itu. Sayangnya, tidak
sedikit pula pemain fair yang akunnya
di-banned karena adanya permasalahan
pada sever dan smartphone yang
digunakan, sehingga gps yang
digunakan menjadi tidak akurat seperti pada pengguna fake gps.
Semua alasan tersebut tentunya menjadi pe-er besar bagi Niantic jika ingin mengembalikan pamor Pokemon Go
seperti dulu lagi. Ini memang tidak mudah, terlebih karena pada saat ini telah
banyak diciptakan permainan-permainan online
yang tidak kalah menarik dari Pokemon Go. Bahkan ada beberapa permainan
baru yang juga terinspirasi dari permain Pokemon Go yang telah dimodifikasi. Tetap
semangat ya Mbak Nia-ntic. (Vena)